MAPS

Search This Blog

Friday, March 6, 2020

Review Drama China "Love Better Than Immortality": Kasih vs Keadilan

Drama ini hampir saja saya skip karena pada saat itu entah mengapa saya keburu dibuat ilfeel di lima menit pertamanya. Selang beberapa hari tidak terjamah akhirnya saya lanjut menonton kerena sudah terlanjur mengunduh sayang rasanya kalau dihapus begitu saja. Keputusan saya tersebut tidaklah salah, saya bersyukur karena tidak terburu-buru melewatkan drama ini. Why? Karena drama ini susprisingly lumayan asyik untuk ditonton.
Series berjudul “Love Better Than Immortality” (Chinese: 天雷一部之春花秋月, Tian Lei Yi Bu Zhi Chun Hua Qiu Yue) juga dikenal dengan judul “Spring Flower, Autumn Moon” merupakan live action yang diadaptasi dari novel China berjudul “Chuan Yue Zhi Tian Lei Yi Bu” yang ditulis oleh Shu Ke. Drama ini bercerita tentang kehidupan masa depan pada Tahun 2169 dimana manusia menjadi abadi karena pengurangan fisiologis dan respon emosional. Seorang gadis bernama Chun Hua (Zhao Lu Si) bertekad ingin merasakan jatuh cinta sehingga ia merelakan keabadiannya dengan masuk ke dunia virtual reality dengan petunjuk bahwa orang pertama yang ia lihat saat membuka mata akan menjadi Mr. Rightnya. Ketika Chun Hua terbangun, ia telah berada pada setting timeline dunia yang berbeda dimana terjadi pertarungan antara aliran kungfu baik yang dipimpin oleh Xiao Bai (Wu Junyu) dengan pemimpin aliran sesat Shangguan Qiuyue (Li Hong Yi).

Sedikit spoiler, pada episode pertama, Chun Hua kehilangan ingatannya. Memori terakhir yang dia ingat hanya sebatas sebelum ia masuk kedalam kapsul virtual reality, namun di dalam dunia lain tersebut dia tidak ingat siapa dia sebelumnya. Tiba-tiba saja dia terbangun dan ditodong sebilah pedang oleh Xiao Bai karena dicurigai terlibat pembunuhan seorang ahli medis yang dihormati di dunia itu. Kondisi ini dimanfaatkan Qiuyue untuk menipu Chun Hua dengan mengatakan bahwa dirinya adalah kakak dari Chun Hua dan mempengaruhi Chun Hua untuk mencuri resep kungfu turun temurun keluarga Xiao Bai.

Pada episode awal, saya mengira Qiuyue merupakan second lead mengingat perannya yang 'jahat'. Saya sudah menyiapkan diri mengantisipasi second lead syndrome, namun karena penasaaran akhirnya saya googling dan betapa senangnya mengetahui bahwa Qiuyue merupakan lead aktor. Betapa tidak, interaksi kedua kakak beradik gadungan ini terlalu uwu untuk dilewatkan. Saya dibuat senyum-senyum sendiri melihat kelakuan kedua karakter ini apalagi sewaktu mereka bertengkar. Chun Hua yang ceria, childish dan polos menghadapi si tsundere Qiuyue yang dingin, manipulative namun perhatian sama 'adiknya'. Tidak heran saya betah menamatkan 40 episode drama ini.


Cerita yang diangkat meski terkesan ringan namun sebenarnya cukup dilematis menurut saya. Ketika orang dianggap ‘baik’, apakah mereka benar-benar baik ataukah justru mereka hanya sekumpulan orang munafik yang pandai menyimpan kebusukannya. Sebaliknya, orang yang dicap sebagai orang jahat, apakah kalian yakin orang tersebut akan selamanya berbuat jahat ataukah justru kitalah yang menutup mata dengan perubahan/pertobatan orang tersebut. Ada beberapa adegan yang membuat saya kembali berpikir lebih jauh tentang konsep keadilan dan kasih pengampunan.

Meskipun drama ini berlatar pada dunia bela diri namun adegan pertarungan tidak terlalu mendominasi jalannya cerita. Dari segi penyajian adegan berkelahinya pun nampak terlihat biasa saja, bisa dibilang produksi drama ini memang low budget. Namun terlepas dari berbagai kekurangan ada satu hal yang menurut saya juara dari drama ini yaitu chemistry diantara Chun Hua dan Shangguan Qiuyue. Interaksi karakter yang diperankan oleh Mbak Zhao Lu Si dan Mas Li Hong Yi ini menurut saya justru lebih menarik di drama ini ketimbang di drama “The Prodigy Healer” meski sama-sama berperan sebagai pasangan. Pengembangan tiap karakter pada dalam drama ini disusun dan dieksekusi dengan rapi sehingga chemistry diantara para pemeran utamanya dapat mengalir secara alami.

Secara keseluruhan, drama ini mungkin kurang cocok untuk dinikmati oleh pecinta drama laga/action, namun kalau kalian ingin suka genre romance, drama ini mungkin bisa menjadi rekomendasi untuk playlist kalian karena cerita yang diangkat ringan namun tetap ada nilai moral yang bisa kita ambil. Kalian bisa menonton seluruh episodenya secara gratis di saluran resmi youtube channel Youku "Love Better Than Immortality".

2 comments:

  1. […] Drama China “Love Better Than Immortality” […]

    ReplyDelete
  2. […] ingin menulis first impression saya terhadap drama ini. Betapa tidak, kalau saat menonton “Love Better Than Immortality” kesan awal yang saya dapat adalah ilfeel, hal ini bertolak belakang dengan “The Romance of […]

    ReplyDelete