MAPS

Search This Blog

Saturday, July 13, 2019

Review Film "Social Suicide": Ketika Romeo & Juliet 'Milenial' dengan mudahnya tertipu

Tulisan ini sebenarnya sudah lama duduk manis singgah di dalam draft saya sejak tahun lalu dan akhirnya baru sekarang dapat benar-benar terealisasi. Entah mengapa akhir-akhir ini (*tahun lalu...lebih tepatnya) saya banyak menonton film yang diperankan oleh India Eisley. Karya pertamanya yang saya simak adalah drama Lifetime ‘My Sweet Audrina’ dan semenjak itu saya mulai familiar dengan perawakan Mbak India ini. Sejauh ini saya sudah menonton beberapa diantaranya seperti Look Away, Kite, Nanny Cam, Amerigeddon, The Curse of Sleeping Beauty, Social Suicide, Underworld, Clinical, I Am The Night dan Adolescence. Dari sekian judul tersebut, Social Suicide merupakan karya yang terpilih untuk saya review (bilang aja kalau males review semua woi).



Social Suicide merupakan film yang sudah cukup lama dirilis yaitu sekitar tahun 2015. Setelah menonton trailernya, saya menebak bahwa film ini bercerita tentang problema anak milenial yang terobsesi untuk menjadi terkenal di sosial media seperti Youtube. Ya, sekilas saya agak teringat dengan ‘The Nerve’ yang juga mengangkat tema yang serupa. Namun sehabis membaca sinopsisnya, disitu tertulis bahwa film Social Suicide ini berkisah tentang Romeo & Juliet jaman now. Meski awalnya saya tidak terlalu ngeh dengan maksud sinopsis tersebut namun setelah menonton filmnya, saya mulai mengerti benang merah yang tersirat di dalamnya.

Review kali ini sengaja tidak saya buat terlalu vulgar karena kebetulan saya suka dengan plot twist di film ini maka dari itu sebisa mungkin saya meminimalisasi spoiler. Bagi kalian yang belum menonton film ini, saya sarankan untuk jangan lanjut membaca artikel ini, mending langsung tonton saja karena user experience anda tentu akan berbeda saat sudah terkontaminasi dengan spoiler.



Victim or voyeur'

Tagline poster tersebut saya pikir telah lebih dari cukup menggambarkan seluruh isi dari film ini. Voyeur sendiri bisa diartikan sebagai kelainan seksual individu yang berperilaku sebagai tukang intip.


Balthazar

Balthazar adalah karakter yang manipulatif. Konten video yang dia upload kebanyakan adalah berupa prank, failed attempt, maupun dare. Saya merasa ada sesuatu yang salah dengan kejiwaannya, misalnya saat dia dengan santainya merekam tikus mati dan meyiarkannya di channel youtubenya. Selain itu dia juga sengaja merekam semua tingkah laku teman-temannya secara diam-diam sampai pada ranah personal yang tentunya sudah kelewat batas. Terlihat jelas bahwa dia sangat terobsesi untuk merekam semua kejadian yang terjadi. Ada tendensi kecanduan untuk mendapatkan video hits yang akan ditonton oleh banyak orang meskipun taruhannya ialah nyawa. Memasuki beberapa menit terakhir, kecurigaan saya yang telah ada sejak awal film ini pun benar adanya. Tidak ada satupun kata-kata dari Balthazar dapat percaya, dia jelas adalah pembohong yang pandai memanipulasi orang lain.

Our 'Cutiful' Romeo and Juliet

Okay, diawal tadi saya sudah sempat menyinggung tentang sinopsis film ini yang mengacu pada Romeo dan Juliet. Karakter Reese dan Julia digambarkan sebagai Romeo dan Juliet masa kini. Penonton disuguhkan dengan karakter yang benar-benar polos. Pasangan ini sedang dimabuk asmara namun mendapat pertentangan dari keluarga Julia terutama sepupunya. Sepanjang saya melihat cuplikan video mereka, yang terpikirkan adalah ‘duh mereka ini bikin geli’. Mungkin anak milenial jaman sekarang akan menganggap keromantisan couple ini relationship goals banget. Saking gemasnya dengan dua karakter ini, saya jadi tidak terlalu heran saat mereka dengan mudahnya dijebak oleh Si Sociopath. Mungkin benar apa kata orang, pasangan yang sedang kasmaran itu terkadang sulit untuk berpikir rasional.

Ibu Detektif

Karakter yang saya suka disini adalah inspektur detektif wanita yang maaf saya lupa namanya. Ibu Detektif ini mungkin satu-satunya orang yang tidak luluh pada tipu muslihat si Balthazar. Meskipun orang-orang disekitarnya perlahan jatuh pada perangkap si Baltazhar, tapi tekad kuat Ibu yang satu ini patut diacungi jempol.

Jika dilihat dari segi teknis, alur pengambilan gambar yang bervariasi membuat yang saya cukup enjoy menonton film ini tanpa merasa harus men-skipnya. Disisi lain, saya masih cukup gregetan dengan beberapa adegan yang kurang masuk akal, misalnya, kenapa tidak ada satu orang pun staf jaga rumah sakit yang mengangkat panggilan darurat? Okay, mereka memang ada yang sedang asyik merokok diluar dan suasana lobby rumah sakit terkesan kosong melompong tapi, plis, dijaman teknologi serba canggih seperti ini, kenapa tidak berinisiatif menelepon langsung ke HP petugas polisi yang berjaga disana, why? Sangat disayangkan, kalau saja orang-orang yang berada di rumah sakit diberi informasi lebih cepat, tentu nyawa mereka bisa terselamatkan (maklumlah namanya juga film pasti harus diberi efek dramatisasi yang cetar) .

Terlepas dari kekurangan diatas, saya mengapresiasi penempatan plot-twist yang ditata dengan pas dan rapi dalam eksekusinya. Tidak hanya itu, film ini juga cukup memberikan pelajaran moral bagi kita semua baik itu kaum muda maupun orang tua supaya kita lebih waspada dengan sisi buruk penyalahgunaan media sosial dan dampak perilaku menyimpang yang mungkin sering kali tidak kita sadari telah terjadi disekitar kita.

Akhir kata, film ini mungkin bisa masuk menjadi salah satu list tontonan hiburan kalian di akhir pekan :) see ya!

1 comment:

  1. […] Review Film Social Suicide: Ketika Romeo & Juliet ‘Milenial’ dengan mudahnya tertipu […]

    ReplyDelete